Senin, 16 November 2015

Membangun Kemandirian Bangsa dengan Membeli Produk dalam Negeri



Membangun Kemandirian Bangsa dengan Membeli Produk dalam Negeri

Pemahaman saya sebagai seorang awam, Cinta Produk Dalam Negeri berarti kita benar-benar membeli dan menggunakannya dalam keseharian kita. Sejujurnya produk dalam negeri memiliki kualitas yang mumpuni untuk bersaing di pasar, akan tetapi tidak banyak yang memberinya ruang untuk dipasarkan yang mungkin didalam ada andil kita semua.
Disatu sisi memang ada banyak juga produk yang memiliki kualitas yang rendah sehingga kita pun lebih memilik produk impor untuk dibeli dan digunakan. Selain kualitasnya yang rendah, harga juga masih tidak mampu bersaing di pasaran, jika dibandingkan dengan barang impor yang harganya jauh lebih rendah dan kualitasnya unggul.
Untuk mendorong kearah itu, tentu semua elemen yang ada dinegeri ini harus bersinergi, artinya bukan hanya berkampanye saja, akan tetapi menggunakannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari akan lebih bermanfaat, bukan begitu sobat blogger?
Contoh nyata, menggunakan kebutuhan bahan pokok hasil produksi dalam negeri seperti beras, jagung, gula, bawang, kedelai, daging sapi,  dan lainnya sehari-hari adalah tindakan nyata. Untuk yang lain misalnya Fashion (baju, celana, sepatu, sandal) ada banyak sekali produk dalam negeri yang memiliki kualitas mumpuni untuk di gunakan.
Yang paling populer dan paling di gandrungi semua kalangan saat ini adalah BATIK, sehingga menjadi warisan budaya yang telah diakui dunia. Gimana nggak bangga coba, batik sekarang sudah dikenal luas dan mendunia, jadi mari kita terus mendukung dan menggunakan produk dalam negeri.
Nah, dengan melakukan hal-hal diatas kita sudah berkontribusi untuk mensejahterakan dan memajukan tingkat perekonomian di Indonesia, baik Industri rumah tangga maupun industri kreatif Indonesia. Selain itu, kita turut bangga sebagai warga negara baik telah menggunakan produk dalam negeri.

Cinta dan Kasih Sayang Orang Tua



Cinta dan Kasih Sayang Orang Tua

Bentuk Cinta dan Kasih Sayang Orang Tua Sangat banyak bentuk cinta dan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Sayangnya banyak yang terjebak hanya dalam pemenuhan kebutuhan material semata-mata. Misalnya membelikan hadiah smartphone bermerek yang harganya mahal untuk anak-anak, mengajak jalan-jalan ke Disney Land atau Lego Land, membelikan motor atau mobil, dan lain sebagainya. Padahal anak tidak hanya memerlukan pemenuhan kebutuhan material saja. Mereka memiliki kebutuhan yang utuh karena mereka adalah manusia yang utuh kejiwaannya. Di antara bentuk cinta orang tua kepada anak-anak adalah:

1. Dengan Mendidik, Membimbing dan Mengarahkan Salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak-anak adalah mendidik dengan pendidikan terbaik, membimbing serta mengarahkan mereka menuju jalan kebenaran dan kebaikan. Mencetak anak-anak menjadi generasi beriman, bertakwa, berkualitas yang akan menjadi penerus pembangunan bangsa dan negara. Mendidik dilakukan sejak di dalam rumah, bukan saja dititipkan ke sekolah dan madrasah. Orang tua harus membimbing dan mengarahkan anak-anak menuju surga. Pendidikan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak selama di rumah? Bimbingan dan pengarahan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak untuk kesuksesan masa depan mereka? Teladan seperti apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak? Hendaknya orang tua selalu berusaha memberikan pendidikan, bimbingan, pengarahan yang terbaik untuk anak-anak.

2. Dengan Doa dan Pengharapan Orang tua yang penuh kasih sayang akan selalu mendoakan anak-anaknya. Ayah dan ibu harus memiliki pengharapan dan optimisme akan masa depan anak yang penuh kejayaan dan kebahagiaan. Tidak putus-putus orang tua selalu berdoa dan berharap untuk kesuksesan anak-anak di dunia maupun di akhirat kelak. Orang tua tidak akan merelakan anak-anak hidup dalam kesulitan, maka mereka selalu memanjatkan doa permohonan kepada Allah untuk anak-anak. Pada setiap usai shalat lima waktu, tidak lupa ayah dan ibu mendoakan anak-anak agar menjadi salih dan salihah. Pada saat bangun untuk shalat malam, ayah dan ibu mendoakan setiap anak dan menyebut namanya dalam doa. Apalagi di saat menunaikan ibadah haji atau umrah, ayah dan ibu mendoakan secara khusus semua anak-anaknya untuk kebaikan mereka.

3. Dengan Kata-kata Positif Orang tua harus sadar bahwa kata-kata adalah doa. Oleh karena itu harus selalu memberikan kata-kata yang positif dan konstruktif saat berkomunikasi dengan anak-anak. Jangan sampai mengeluarkan kata-kata caci maki dan sampah, yang akan berdampak melecehkan dan merendahkan martabat anak-anak. Berikan optimisme dan semangat dengan kata-kata positif penuh inspirasi. Jangan pernah memberikan kata-kata negatif dan intimidatif terhadap mereka karena akan menyakiti hati dan membuat lemah semangatnya. Kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa besarnya. Kata-kata membentuk persepsi dan motivasi. Kata-kata membentuk pemahaman dan melahirkan perbuatan. Kata-kata juga bisa melemahkan dan mematikan. Maka ayah dan ibu harus selalu mengontrol kata-kata agar hanya memberikan kata-kata positif untuk anak-anak. Jika berada dalam situasi emosi atau marah, lebih baik diam, jika tidak bisa mengontrol kata-katanya.

4. Dengan Alokasi Waktu dan Perhatian Sesibuk apa pun orang tua harus tetap memberikan alokasi waktu dan perhatian untuk akan-anak. Jangan sampai anak-anak merasa menjadi yatim padahal mereka punya dua orang tua yang lengkap. Saat di rumah, ayah dan ibu harus membersamai anak-anak, mengobrol, berbincang, bercerita, berdiskusi, bermain, bercanda, belajar dengan anak-anak. Jangan hanya menjadi ‘orang tua’ yang memerintah dan melarang, namun harus menjadi sahabat yang mengerti dan memahami. Jika ayah dan ibu memiliki kesibukan kantoran yang menyita waktu dan perhatian setiap hari, harus tetap menyiasati kesibukan itu untuk memberikan perhatian terhadap anak-anak. Misalnya menyempatkan diri untuk tetap berkomunikasi dengan anak-anak melalui teknologi setiap hari. Di saat libur, bisa menyempatkan waktu khusus bersama anak-anak untuk bercengkerama. Bukan saja jalan-jalan dan belanja, namun lebih penting lagi adalah mengobrol bersama anak-anak.

5. Dengan Sentuhan Fisik Di antara bentuk cinta orang tua adalah dengan sentuhan fisik. Pelukan, ciuman lembut di kening anak, mengelus kepala, merangkul pundak, atau berjabat tangan dengan anak, merupakan bentuk cinta yang sangat mudah dirasakan oleh anak-anak. Sebaliknya, pukulan, tamparan, tendangan dari orang tua, akan mudah dirasakan sebagai kebencian yang akan dihadapi oleh anak dengan kebencian pula. Sentuhan fisik yang lembut setiap hari, akan membuat anak merasa nyaman dan diterima. Ini akan memberikan suasana kondusif bagi mereka untuk berkembang dalam kebaikan. Jika anak-anak terbiasa berada dalam tekanan kekerasan fisik, akan memunculkan trauma dan pemberontakan terhadap orang tua. Mereka akan bersikap memusuhi orang tua sehingga tidak jarang lebih memilih pergi meninggalkan rumah untuk hidup bebas di jalan bersama teman-teman yang senasib seperti mereka. Maka berikan hanya sentuhan kelembutan yang dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ini menjadi bekal spiritual yang luar biasa besarnya bagi kebaikan anak-anak hingga mereka dewasa kelak.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pakcah/orang-tua-penuh-cinta-seperti-apa_5535a6406ea8347914da4324