Selasa, 20 Oktober 2015

samudra pasai

Kerajaan dari Nusantara

Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1] sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari kerajaan Pase dan Peurlak.
Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Ada sejumlah sumber tertulis yang menjelaskan tentang berdirinya Kerajaan Samudra Pasai, diantaranya yaitu dua berasal dari Nusantara, beberapa dari Cina, satu dari Arab, satu dari Italia, dan satu dari Portugis. Sumber Nusantara antara lain Hikayat Raja Pasai (HRP) dan Sejarah Melayu (SM). Sumber Cina antara lain Ying-yai Sheng-lan dari Ma Huan, berita Arab dari Ibn Battutah, kisah pelayaran Marko Polo dari Italia. Sedangkan sumber yang berasal dari Portugis ialah Suma Oriental-nya Tome Pires.
 
Naskah HRP diduga berasal dari sekitar tahun 1383-90 (Hill, 1960: 41), atau sekurang-kurangnya akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15 (Jones, 1987: v). HRP dianggap sebagai karya historiografi Melayu tradisional tertua, namun hingga saat ini naskah yang sampai hanya satu yaitu yang dikenal sebagai naskah Raffles Malay no. 67 dan sekarang tersimpan di The Royal Asiatic Siciaty, London. Naskah itu berasal dari Jawa pada tahun 1815 pada masa Raffles menjadi letnan gubernur jenderal.
Berdasarkan isinya, HRP dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
  1. Mengenai pembukaan Negeri Samudra dan Pasai serta raja-raja yang pertama yang telah memeluk agama Islam.
  2. Cerita mengenai perkembangan keadaan di Pasai, yaitu raja Ahmad dari Pasai secara langsung atau tidak membunuh anak-anaknya, hal yang akhirnya mengakibatkan serangan angkatan laut Majapahit terhadap Pasai, yang dikalahkan dan kemudian takluk kepada Majapahit.
  3. Cerita kemenangan angkatan Majapahit di kepulauan Indonesia, dan cerita percobaannya yang gagal untuk menaklukkan daerah Minangkabau. (Roolvink 1986: 19).
Dibandingkan dengan HRP, naskah SM yang sampai kepada kita ada beberapa buah naskah aslinya diduga berasal dari awal abad ke-17, mengingat peristiwa terakhir yang dikisahkan dalam SM terjadi sebelum tahun 1613 (Hsu Yun Tsiao, 1986: 41). Dalam SM, kisah mengenai Pasai (dan Samudra) terdapat dalam cerita yang ketujuh, kedelapan, dan kesembilan (Teeuw dan Situmorang, 1952). Pada umumnya para pakar berpendapat bahwa SM dalam beberapa bagian mendasarkan uraiannya kepada HRP (de Jong, 1986: 60).
Sedangkan dalam berita Cina, memang tidak ada berita yang secara langsung menyebut Pasai, walaupun yang menyinggung kata samudra dan beberapa daerah lain di Sumatra bagian utara agak banyak ditemukan, namun mengingat pada masa para ahli tarikh atau musafir Cina itu hidup sezaman dengan masa berkembangnya Kerajaan (Samudra) Pasai, tidaklah terlalu dapat disalahkan jika para peneliti cenderung menyesuaikan berita itu dengan Pasai (Groeneveldt, 1960: 144). Seperti umumnya berita Cina, uraian tentang “Pasai” itu terutama berkenaan dengan berbagai keadaan alam dan keanehan adat atau tata kehidupan masyarakat yang berbeda dengan tata kehidupan masyarakat Cina.
Seorang tokoh Portugis bernama Tome Pires pernah singgah di beberapa daerah di Nusantara pada tahun 1512-1515. Ia mencatat apa yang dilihat, didengar, dan diketahuinya mengenai daerah yang disinggahinya itu. Ia mancatat bahwa pada saat itu Pasai masih berdiri. Laporannya tentang Pasai dan bandar-bandar di Sumatra Utara cukup memberikan gambaran menganai daerah itu, yaitu meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penduduk, kota, perdagangan, uang, dan bahkan pajak yang terdapat di Pasai.
Berita Marko Polo pada tahun 1292 dan Ibn Battutah pada tahun 1346 juga tidak secara langsung berkenaan dengan Pasai. Hanya saja pada saat itu mereka melakukan pelayaran pada masa Pasai berdiri.
Bukti yang paling populer dan paling mendukung berdirinya kerajaan Samudra Pasai adalah adanya nisan kubur yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 969 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M[2].
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudra Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatra dan sekitarnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar